Lapis perkerasan aspal merupakan
bagian dari struktur jalan yang masih banyak digunakan di Indonesia.
Lapis perkerasan aspal cenderung lebih fleksibel dibanding dengan lapis
perkerasan kaku (beton) sehingga pengguna jalan merasa lebih nyaman dan
aman. Namun tidak jarang lapis perkerasan aspal yang ada di jalan sering
kali cepat rusak yang menyebabkan pengguna jalan tidak nyaman.
Kerusakan pada aspal sering kali dikaitkan dengan faktor kualitas
bahannya. Penyebab kerusakan pada lapis
perkerasan aspal juga bisa disebabkan oleh faktor struktur di bawahnya.
Penyebab kerusakan aspal sering
dikaitkan dengan kualitas bahan aspal yang tidak sesuai dengan syarat
dan spesifikasi. Namun pada kenyataannya memang ada benarnya juga. Tidak
heran jika sekarang ini banyak jalan yang cepat sekali rusak. Dalam hal
ini semua pihak harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
jalan. Tidak hanya kontraktor saja melainkan stakeholder lain juga
bertanggung jawab seperti konsultan pengawas, pemerintah dari tingkat
ppk sampai dengan tingkat balai. Oleh karena itu saat ini pelaksanaan
pekerjaan jalan harus diserahkan kepada kontraktor-kontraktor yang
bonafit melalui tender terbuka.
Berikut beberapa penyebab kerusakan lapis perkerasan aspal pada jalan.
1. Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula.
Job
Mix Formula (JMF) adalah komposisi material penyusun aggregat aspal
yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan mulai. JMF
ini dijadikan acuan untuk pekerjaan aggregat aspal di lapangan. Jika
dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min 6,2% maka kadar
aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2% juga. JMF ini tidak paten
selama proyek melainkan bisa berubah sesuai kondisi lapangan dan harus
di acc oleh Konsultan pengawas. Sebagai kontraktor tidak boleh merubah
kadar aspal di lapangan kecuali JMF juga ikut berubah.
Apabila
kadar aspal yang digunakan di lapangan lebih kecil dibanding kadar
aspal di JMF akan berakibat fatal pada mutu aggregat aspal di lapangan.
Hal itu disebabkan daya rekat dan fleksibilitas akan menjadi tidak
maksimal. Hasilnya setelah pengaspalan selesai jalan akan menjadi retak
rambut. Jika terjadi retak rambut maka air hujan akan masuk ke struktur
di bawahnya. Jika dibiarkan terus air akan merusak struktur bawahnya dan
memperparah aggregat aspal.
Solusi
untuk mengatasi jalan aspal yang sudah retak adalah dengan patching
atau memotong dan mengambil sebagian aggregat aspal yang rusak. Kemudian
diganti dengan aggregat aspal yang baru.
2. Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai spesifikasi.
Salah
satu penyebab kerusakan aspal yang sering terjadi adalah aggregat aspal
sudah dingin ketika sampai di lapangan. Alasannya adalah jarak AMP
(Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh. Namun
alasan itu tidak bisa dibenarkan karena kontraktor terikat dengan
spesifikasi dan kontrak. Lalu berapa sih suhu penghamparan aspal yang
benar?
Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di
asphalt finisher adalah 135-150ㅇ c. Biasanya sebelum dihamparkan akan
diperiksa terlebih dahulu menggunakan termometer. Apabila suhu aspal
menjadi dingin dan kurang dari suhu yang diisyaratkan maka aggregat
aspal menjadi keras menggumpal. Aggregat aspal yang menggumpal akan
menyebabkan aggregat aspal susah dipadatkan sehingga density aspal
menjadi berkurang.
Apabila dipaksakan tetap dihampar dalam waktu beberapa minggu setelah pengaspalan akan cepat rusak karena tidak homogen lagi.
3. LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan.
- LPA adalah lapis pondasi atas yang terletak tepat di bawah aggregat aspal
- LPB adalah lapis pondasi bawah yang terletak di bawah lpa dan diatas tanah dasar.
Solusi
yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kerusakan ini adalah dengan
mengganti semua lapis pondasi dan dilakukan pengaspalan ulang. Semakin
banyak kerusakan tentunya akan menyebabkan kerugian pada kontraktor.
Oleh karena itu perlunya kehati-hatian dalam melaksanakan pekerjaan di
lapangan.
4. Aggregat aspal di atas tanah timbunan yang belum padat.
Apabila
tanah timbunan belum padat sebaiknya jangan terburu - buru untuk
menimpa dengan lapis pondasi. Walaupun campuran lapis pondasi
menggunakan material yang sangat baik, jika terjadi penurunan tanah
dasar akan terjadi kerusakan parah.
5. Jumlah passing pemadatan kurang
Faktor
penyebab lainnya terjadi kerusakan pada jalan aspal adalah kurangnya
pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa menggunakan 2
alat yaitu tandem roller dan PTR (pneumatic tire roller).
Jumlah
passing pemadatan aspal memang tiap proyek berbeda-beda namun biasanya
dilakukan uji trial terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah passing.
Hasil uji trial tersebut dijadikan acuan untuk pekerjaan di lapangan.
Apabila jumlah passing di lapangan lebih sedikit dari saat trial maka
tingkat kepadatan berkurang (density). Seperti yang diketahui density
minimal sesuai spesifikasi adalah 98%. Jika kurang dari itu akan
dikhawatirkan lapisan air tidak 100% kedap air. Air akan masuk ke
struktur pondasi dan lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan aspal.
6. Komposisi abu batu
Banyak
orang yang sering mengabaikan peranan material abu batu ini. Padahal
dalam campuran aggregat aspal abu batu sangat membantu dalam kerekatan.
Faktor ini juga akan menentukan tingkat kepadatan dan kelenturan
aggregat aspal. Pada campuran aspal AC-WC akan membutuhkan abu batu
lebih banyak dibandingkan AC-BC karena lapisan AC-WC harus lebih rapat
dan kedap terhadap air.
Jika material abu batu ini dikurangi atau tidak sesuai dengan JMF maka akan menimbulkan kerusakan apda lapis aggregat aspal.
Masih
banyak hal penyebab kerusakan jalan aspal. Beberapa point di atas
adalah faktor penyebab kerusakan aspal yang sering terjadi. Pada
dasarnya semua metode dan komposisi sudah diatur dalam Job Mix Formula.
Pelaksanaan di lapangan harusnya mengikuti apa yang ada dalam JMF.
sumber jasasipil.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar